gak asing pasti dengan yang namanya abu nawas,,kebetulan tadi nonton tv pas ada yang ngomongin abu nawas, ane ke inget ni cerita, ceritanya sungguh menginspirasi sekali..
langsung aja cekidot,,
alkisah ada perbincangan hangat antara abu nawas dan muridnya ;
Murid 1 : “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?”
Abu Nawas : “Orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil.”
Murid 1 : “Mengapa?”
Abu Nawas : “Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan.”
Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu.
Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama.
Murid 2 : “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?”
Abu Nawas : “Orang yang tidak mengerjakan keduanya.”
Murid 2 : “Mengapa?”
Abu Nawas : “Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan dari Tuhan.”
Orang kedua langsung bisa mencerna jawaban Abu Nawas.
Orang ketiga juga bertanya dengan pertanyaan yang sama.
Murid 3 : “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?”
Abu Nawas : “Orang yang mengerjakan dosa-dosa besar.”
Murid 3 : “Mengapa?”
Abu Nawas : “Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu.”
Orang ketiga menerima aiasan Abu Nawas.
Kemudian ketiga orang itu pulang dengan perasaan puas.
Karena belum mengerti seorang murid Abu Nawas bertanya.
Murid Lain : “Mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda?”
Abu Nawas : “Manusia dibagi tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati.”
Murid Lain : “Apakah tingkatan mata itu?”
Abu Nawas : “Anak kecil yang melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata.” jawab Abu Nawas mengandaikan.
Murid Lain : “Apakah tingkatan otak itu?”
Abu Nawas : “Orang pandai yang melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu besar karena ia berpengetahuan.”
Murid Lain: “Lalu apakah tingkatan hati itu?”
Abu Nawas : “Orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit. la tetap mengatakan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar. Karena bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan KeMaha-Besaran Allah.”
Kini murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda. la bertanya lagi.
“Wahai guru, mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?”
“Mungkin.” jawab Abu Nawas.
“Bagaimana caranya?” tanya murid Abu Nawas ingin tahu.
“Dengan merayuNya melalui pujian dan doa.” kata Abu Nawas
“Ajarkanlah doa itu padaku wahai guru.” pinta murid Abu Nawas
“Doa itu adalah : llahi lastu HI firdausi ahla, wala aqwa’alan naril jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil ‘adhimi."
Sedangkan arti doa itu adalah : Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi penghuni surga, tetapi aku tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh sebab itu terimalah tobatku serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.
EmoticonEmoticon